Karya Tulis sebagai Media Dakwah yang Efektif


http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://smartmomways.com/wp-content/uploads/2014/06/Akad_Penulis.jpg&imgrefurl=http://smartmomways.com/akad-penulis/akad-penulis/&h=256&w=734&tbnid=NY_HkbuprrfmAM:&zoom=1&q=gambar+penulis&docid=0JagEF-oUkZ8aM&ei=WxR5VazZLoOL8QXkhYOQCw&tbm=isch&ved=0CE8QMygrMCtqFQoTCOzylLfshsYCFYNFvAod5MIAsg

Menulis, membaca, menonton, atau mendengarkan lagu/nasyid merupakan kegiatan yang banyak diminati masyarakat luas. Betapa tidak, semakin majunya industri musik, perfilman, dan penulisan akan menyedot perhatian remaja maupun dewasa, bahkan sampai anak-anak.

 Sejak dulu, banyak film yang mengangkat cerita dari sebuah novel sastra. Entah itu tentang percintaan, pendidikan, sampai kisah religi.


Beberapa tahun yang lalu, kita mengenal Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Ketika Cinta Bertasbih karya Habibburahman El-Shirazi, dan saat ini sedang booming Assalamualaikum Beijing karya Asma Nadia. Banyaknya karya tulis yang diangkat menjadi film adalah hal menarik untuk dicermati, karena sebagian besar mengangkat sisi keislaman dan sebagai media dakwah yang kreatif.


Sebelum film Assalamualaikum Beijing dirilis, novelnya yang sudah tercetak pada tahun 2009 sangat ramai diperbincangkan dan menarik perhatian para pembaca untuk membelinya. Pada 4 Agustus 2014 saya membeli langsung novelnya di toko Asma Nadia yang baru dibuka di salah satu mall kota Depok.

Singkat cerita, saya langsung membaca novel itu dalam empat hari sampai selesai. Novel yang menceritakan tentang tegarnya seorang wanita bernama Asmara, dan pria muallaf asal Cina bernama Zhong Wen yang sangat percaya akan legenda Ashima dari Yunan. Novelnya sangat bagus dan benar-benar membawa pembaca ke dalam cerita. Saat terdengar kabar bahwa filmnya akan segera diluncurkan, saya tidak sabar untuk menyaksikannya. Apakah film itu akan sama dengan kualitas novelnya?


Empat bulan kemudian film Assalamualaikum Beijing dirilis, saya pun dapat menontonnya di pekan terakhir penayangan. Namun saya agak kecewa, karena filmnya tidak sebagus cerita dalam novel. Dalam hal ini, saya lebih menyukai membaca buku/novel. Kita bisa membayangkan seolah-olah berada di dalam cerita. Itulah keajaiban dari sebuah kata-kata. Walaupun begitu, media visual seperti perfilman juga bagus, namun alangkah baiknya jika kita membiasakan diri untuk membaca dan membiarkan imajinasi itu berjalan.


Ini yang amat menarik perhatian dan minat saya sebagai mahasiswa STT NF, karena dengan tugas–tugas diberikan kampus untuk menulis artikel, opini, hasil karya sendiri, melatih saya pribadi untuk mendalami dunia penulisan. Dan, rangkaian kata yang menjadi sebuah karya tulis atau buku akan menjadi amal ibadah kita pastinya. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Service Operation

Service Transition

Perkembangan Technopreneur di Indonesia